MENU CLOSE

From Southwest To East Sumba : Travel Itinerary Ideas

Sumba merupakan salah satu pulau yang letaknya terpencil di timur Indonesia. Berjarak hanya sekitar 2 jam dari Denpasar, Bali. Sumba sangat pas buat kalian yang mau menjelajahi kawasan ini ala-ala road trip! Di bawah ini kami akan membagikan rincian perjalanan lengkap kami selama 7 hari menjelajahi Sumba untuk kalian. Saking banyaknya spot-spot yang bagus, cukup sulit bagi kami untuk harus memilih, namun kami rasa tempat-tempat yang kami tuju sudah cukup mewakili segala pengalaman yang akan kalian temukan selama berada di Sumba.

Jika kalian memilih untuk mengikuti rencana perjalanan kami, sangat disarankan untuk menyewa sebuah mobil/minibus. Kami juga mengikuti sebuah trip yang dinamakan dengan Festival Jelajah Tanahumba yang diselenggarakan oleh adventurefestival.id, sebuah trip organizer yang memang khusus untuk mengantar kalian yang ingin menjelajah Sumba hingga ke pelosok-pelosoknya. Yang menarik dari trip ini adalah seluruh pesertanya terbagi menjadi 3 grup; Culture, Photography dan Adventure. Masing-masing grup mempunyai satu orang tour leader dan rincian perjalanan yang disesuaikan dengan minat grup masing-masing. Setiap peserta dibebaskan untuk memilih grup mana yang cocok dengan kesukaan mereka.

Kami juga sangat menyarankan bagi kalian yang mau tetap terhubung dengan dunia luar agar menggunakan provider seluler Telkomsel, karena di hampir semua tempat di Sumba, hanya Telkomsel yang memiliki jaringan yang stabil. Siapa tahu kalian butuh jaringan internet untuk membuka GPS (sangat membantu). Satu tips lagi, jika kalian membutuhkan uang tunai, tariklah begitu sudah sampai di kota, karena jika sudah sampai ke desa-desa dijamin kalian tidak akan menemukan ATM dimanapun. ATM yang tersedia kebanyakan adalah BNI, BRI dan bank NTT.

Hari 1 – Sumba Barat Daya

Kami sampai di bandara Tambolaka pada jam 11 siang lalu kemudian langsung bergegas menuju Rumah Budaya Sumba di kota Waitabula. Begitu kami tiba, yang paling menarik perhatian kami adalah sebuah bangunan yang ternyata merupakan museum tradisional Sumba, museum tersebut memiliki atap yang tinggi, yang ternyata merupakan bentuk khas kebanyakan rumah tradisional Sumba. Setelah disuguhi makan siang serta penyambutan dari panitia, kami akhirnya memasuki museum Sumba yang memang sedari tadi memancing rasa penasaran kami. Ternyata dari segi mendirikan bangunan pun Sumba memiliki filosofinya sendiri lho. Museum Sumba terbagi menjadi 3 bagian; bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah. Kalian bisa mencari arti filosofi dari setiap bagian tersebut disini.

Setelah dari museum, kami menuju ke Sumba Hospitality Foundation, sebuah sekolah yang diperuntukkan khusus bagi anak-anak Sumba untuk memberikan pengetahuan dasar bagi mereka yang tertarik bekerja di industri perhotelan. Sekolah ini memiliki fasilitas hotel dan restoran yang terbuka bagi pengunjung yang datang, dan semua dilayani oleh murid-murid sekolah itu sendiri. Tidak hanya itu, murid-murid yang berada disana juga disupervisi oleh para profesional di bidangnya untuk mengajari mereka mengenai dasar-dasar pembagian tugas di dunia perhotelan.

Setelah puas diajak berkeliling Sumba Hospitality School, kami kemudian menuju pantai yang hanya berjarak 5 menit dari sekolah tersebut. Nama pantainya adalah pantai Mananga Aba. Awalnya kami hendak menikmati sunset namun sayang, cuaca sedang mendung. Akhirnya kami menghabiskan waktu dengan duduk di pantai yang sangat sepi, menikmati deburan ombak di atas pasir putih nan panjang, lumayan untuk relaksasi sejenak setelah mengarungi hari yang sangat panjang namun juga menyenangkan.

 

Hari 2 – Sumba Barat Daya

Pagi-pagi sekali semua grup pergi menuju pantai Bwanna, namun di tengah perjalanan kami berhenti sebentar di pantai Watu Maladong yang memang searah dengan tujuan kami. Pantai Watu Maladong merupakan pantai yang tersembunyi di Sumba Barat Daya. Tidak banyak yang bisa dilakukan disana selain menikmati alam atau mengambil sebanyak mungkin foto-foto indah. Setelah itu kami melanjutkan ke Pantai Bwanna. Pantai Bwanna lebih tersembunyi lagi posisinya dibandingkan Watu Maladong. Untuk mencapainya, kami harus menuruni trek yang cukup licin dan curam sebelum akhirnya sampai ke pasir yang sangat putih dengan deburan ombak yang sangat keras. Sungguh pantai Bwanna sangat indah. Hamparan pasir halus dengan sebuah tebing yang berlubang di tengah seakan-akan menggambarkan sebuah gerbang kerajaan jaman dahulu. Pantai inilah yang sangat terkenal di Instagram sebagai salah satu spot populer kaum muda-mudi mengambil foto.

Setelah puas di kedua tempat tersebut, kami melanjutkan perjalanan ke Weekuri. Weekuri merupakan sebuah laguna dimana airnya berwarna biru kehijauan. Oleh masyarakat setempat, Weekuri dijadikan tempat berenang. Kamipun mencoba berenang dan berbaur bersama masyarakat setempat. Puas berenang, destinasi berikut kita adalah sebuah desa tradisional bernama Waitabar, yang juga sekaligus menjadi tempat menginap kami selama semalam.

 

Hari 3 – Sumba Barat Daya

Setahun sekali, desa Waitabar menggelar sebuah upacara yang disebut sebagai Wulla Poddu. Wulla Poddu merupakan bulan yang sangat sakral bagi masyarakat Sumba. Ada banyak ritual-ritual adat yang ditampilkan selama Wulla Poddu yang mengambil tempat di bulan Oktober-November setiap tahunnya. Kami beruntung mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan upacara adatnya dan kagum akan keindahan serta keunikan dari setiap tarian yang dibawakan!

Setelah makan siang, masing-masing grup sudah mulai berpencar mengikuti rincian perjalanannya, grup adventure menuju ke air terjun Matayangu, grup culture menuju ke air terjun Lapopu. Keduanya merupakan air terjun indah yang memiliki ketinggian berkisar 70 hingga 100 meter. Semakin mendekati air terjun, maka semakin basah baju kami. Bawalah baju ekstra serta tas yang dapat melindungi peralatan kamera kalian jika hendak ke air terjun ini. Sementara kedua grup sedang asyik bermain air, grup photography tetap tinggal di desa Waitabar karena serangkaian upacara adat masih tetap berlanjut hingga sore hari.

Pada sore harinya, semua grup berkumpul di savanna Mamboro. Malam ini acaranya merupakan berkemah di padang rumput yang sangat luas ditemani dengan jutaan bintang di atas kepala kita. Sembari berkemah di dalam tenda, di tengah-tengah lapangan luas tersebut pihak trip menyuguhkan kami sebuah pementasan seni tradisional Sumba berupa tari-tarian dan juga live music. Semakin kami terbuai dalam mimpi yang indah.

 

Hari 4 – Sumba Tengah

Pagi-pagi sekali kami bangun kemudian bergegas ke tengah lapangan karena pihak panitia dari trip organizer kami telah mengatur sebuah sesi foto. Pihak panitia membawa beberapa kuda Sumba untuk difoto bagi peserta grup photography. Namun tidak hanya grup photography saja yang boleh berfoto, peserta dari grup lain pun boleh bergabung asal bisa bangun pagi. Kuda-kuda tersebut dibawa oleh joki-jokinya yang masih terhitung anak-anak berlari-lari di lapangan rumput. Sungguh indah dan anggun melihat lari mereka yang berderap-derap serempak. Setelah selesai dengan sesi foto, grup adventure pergi ke air terjun Tanggedu, sementara grup culture dan photography menuju ke pantai Purukambera.

Di penghujung hari, semua grup berkumpul kembali menikmati sunset di pantai Walakiri sebelum akhirnya menuju ke desa tradisional Pau untuk bermalam.

Hari 5 – Sumba Timur

Perjalanan yang sangat panjang kami lalui di hari kelima ini. Kami berangkat subuh sekali, karena sesuai rencana, akan ada 6 lokasi yang kami tuju. Lokasi pertama adalah di pantai Watuparunu untuk menyaksikan sunrise. Kami menghabiskan 3 jam disana sebelum akhirnya kembali ke desa Pau untuk bergabung dengan grup yang tidak ikut ke Watuparunu. Banyak hal yang bisa dilakukan di desa Pau, selain melihat-lihat arsitektur bangunannya yang sangat kuno, kita juga dapat melihat tenun-tenun ikat Pahikung yang ditenun dengan sangat cantik serta kita juga dapat melihat makam-makam megalitikum. Setelah makan siang usai, perjalanan kita lanjutkan kembali dan kali ini kita menuju ke kota Waingapu dan bermalam di sebuah hotel.

Malamnya kami diundang oleh Bupati Sumba Timur untuk sebuah acara perpisahan. Beliau sangat senang melihat kami berkunjung ke Sumba. Selain untuk melihat keindahan dan kekayaan daerahnya, diharapkan juga kunjungan kami ke Sumba akan membuka kunjungan wisatawan-wisatawan lain agar segera mengunjungi Sumba. Di malam perpisahan tersebut, kami semua kompak mengenakan kain ikat tradisional Sumba yang dirancang langsung oleh Mbak Dian Oerip yang memang sudah sangat terkenal di mancanegara sebagai perancang busana khas nusantara. Malam itu merupakan perpisahan bagi kami dan sebagian peserta grup lainnya yang pada keesokan hari akan langsung pulang kembali ke tempatnya masing-masing. Kami tutup malam dengan bernyanyi dan menari diiringi dengan lagu-lagu tradisional Sumba.

 

Hari 6

Trip memang sudah usai namun kami memutuskan memperpanjang waktu kami sehari lagi untuk lebih mengetahui isi pulau yang cantik ini. Kami memutuskan untuk kembali ke pantai Purukambera dan mengunjungi bukit Tanarara yang belum pernah kami kunjungi. Dengan minibus sewaan, kami beserta beberapa peserta yang juga memutuskan untuk extend pergi mengunjungi kedua tempat tersebut. Di tengah perjalanan kami berhenti di beberapa tempat yang menarik, salah satunya adalah savanna Purukambera. Sungguh kami tidak pernah menyangka sebuah padang rumput yang begitu tandus dapat terlihat cantik seperti itu!

Dalam perjalanan kami ke Tanarara, kami segera menghentikan mobil ketika melewati bukit-bukit rapih berjejer membentuk komposisi yang sempurna. Belakangan kami ketahui dari seorang warga lokal bahwa bukit itu diberi nama bukit Laindeha. Sepanjang perjalanan bukit-bukit tersebut tampak berkelok-kelok dengan warna hijau pekat seolah tidak ada habis-habisnya. Sayang karena perjalanan yang begitu jauh, kami tidak sempat ke Tanarara untuk melihat sunset. Setelah puas mengagumi keindahan bukit Laindeha, kami kembali ke hotel untuk makan malam dan tidur karena besoknya kami harus mengejar pesawat pada pukul 10.30 pagi.

 

“Our most cultural state is one of total certainty – which is the reason those of us who are most certain are those who are most out of touch with nature (i.e., reality).”

 

Sumba sungguh indah dan kenyataannya, Sumba masih menjadi tempat favorit kami dan tidak akan bosan kami kunjungi lagi di kemudian hari. Terlalu banyak tempat yang indah, terlalu banyak budaya-budaya yang mengagumkan yang kami temui dalam satu pulau ini saja. Pada kesempatan berikutnya, kami sangat ingin mengunjungi sisi lain Sumba Timur karena masih banyak tempat yang belum kami jelajahi pada trip ini. Terima kasih Sumba telah menyuguhkan sebuah pengalaman yang berkesan!

Share your thoughts

  • Sign up
Lost your password? Please enter your username or email address. You will receive a link to create a new password via email.
We do not share your personal details with anyone.